Pesimisme Akut

Apa yang bisa kita harapkan dari pesta demokrasi orang-orang lapar? Apakah kita akan memilih mereka yang maju untuk mewakili kepentingan perutnya, atau memilih mereka yang menjadi kandidat untuk merubah nasibnya atau mencoblos mereka yang menjadi kontestan untuk menyelamatkan hartanya?
Apa yang bisa kita bisa harapkan dari sebuah perayaan tipu muslihat? Dimana uang lebih penting untuk dibelanjakan menjadi atribut daripada mengisi perut mereka yang miskin? Dimana lapar ditransaksikan menjadi bargening dalam politik. Dimana merubah nasib adalah alasan terbesar mereka untuk maju atas nama rakyat. Dimana para penipu menari diatas tangisan mereka yang fakir.
Apa yang kita bisa harapkan dari sebuah drama politik picisan? Cerita tentang pahlawan yang berhasil menegakkan logika tebang pilih. Aktor kelas rendah yang mencoba menjadi protagonis untuk sebuah skenario usang yang hampir membusuk. Peran Protagonis yang menyeretnya untuk menjadi antagonis terhadap dirinya sendiri.
Dan apa yang kita bisa harapkan dari masyarakat pemalas. Masyarakat yang hanya tahu cara protes dari perspektif konsumen. Masyarakat yang berharap sejahtera tanpa usaha. Masyarakat yang selalu bermimpi jadi jutawan dengan cara meminta-minta. Kumpulan orang-orang tanpa kepala, yang ketika mereka di surga, surgapun akan mereka gadaikan.
Mengheningkan cipta untuk Indonesia di tanggal 9 April 2014, mungkin adalah cara terbaik untuk mengatakan bahwa hari itu akan menjadi hari dimana sebuah negara bernama Indonesia diludahi secara berjamaah oleh rakyatnya sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

PRO KONTRA MANTAN TERPIDANA JADI CALEG

Kesalahan Berfikir Ilmiah (Bagian 3) : Fallacy of Misplaced Concreteness

Kesalahan Berfikir (Bagian 2) : Fallacy of Retrospective Determinism