PSI, INKONSISTENSI DAN MODEL KAMPANYE BAPER
Kenapa Atheisme adalah tindakan paling konyol yang pernah ada, karena sebenarnya penolakan secara logika adalah bentuk penerimaan akan sebuah eksistensi. Kita tidak akan mungkin bisa menolak atau bahkan bercerita tentang apapun yang sebenarnya tidak ada. Misalnya ketika kalian saya minta untuk menceritakan sesuatu yang tidak ada secara eksistensi, maka tentu kalian akan bingung. Tidak ada beda dengan fiksi yang merupakan asosiasi ide-ide dari realitas-realitas partikulir (pembahasannya di lain waktu). Namun apapun itu, menolak sesuatu tetap saja merupakan bentuk pengakuan dan keterlibatan kepada sesuatu, minimal kita terlibat untuk membahasnya walaupun hasil pembaahasan kita tidak menerima atau menolak sesuatu itu.
Bisakah seorang guru menilai sebuah kertas ujian yang kosong? yang bahkan nama murid pun mungkin tidak tertulis di sana? ataukah bisakah kalian menilai seorang wanita apakah dia cantik atau tidak kalau wanita itu tidak pernah dilahirkan? jawabannya sama, tidak bisa. Hal tersebut karena penilaian apapun bentuknya merupakan konsekuensi dari eksistensi sesuatu yang menjadi objek. Begitupun dengan sepakat atau tidak sepakat serta menerima atau menolak sebagai rekasi sikap atas penilaian dalam pahaman yang tidak akan pernah terjadi apabila sebelumnya kita tidak pernah menerima keberadaan eksistensi sesuatu yang menjadi objek penilaian.
**************
Pagi ini beredar sebuah berita tentang Partai Politik baru yang menyatakan diri sebagai parpol milenial yang dengan tegas mengkampanyekan penolakannya tentang poligami. Sepintas tidak ada yang salah, karena mungkin ini adalah design kampanye liberal yang diusungnya karena partai ini paham bahwa cara terbaik untuk mendapatkan penerimaan masyarakat Indonesia adalah dengan kampanye-kampanye yang menyentuh perasaan, iba namun nihil muatan yang mencerdaskan. Partai ini sepertinya mengerti bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang lebih cepat baper daripada berfikir, dan kampanye penolakan poligami ini dianggap sebagai isu seksi untuk mewakili perasaan kaum perempuan yang ada di Indonesia. Sebut saja partai itu PSI (nama samaran).
Sebenarnya tidak ada masalah terhadap penolakan poligami, toh itu urusan setiap orang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun tentu sangat disayangkan kalau itu masuk dalam framing politik dan dikampanyekan oleh PSI yang sebelumnya gencar menyatakan penolakannya terhadap gerakan 212 karena dinilai berbau agama. Yang saya tahu, sebelum PSI membahas tentang poligami, PSI adalah partai yang teriak-teriak bahwa isu-isu agama tidak boleh dicampurkan dalam politik karena berpotensi sara. Harusnya PSI tetap konsisten dan betul-betul tidak membawa isu agama dalam bentuk apapun entah menerima atau menolak.
Saya masih ingat rasionalisasi PSI menolak perda syariah karena dianggap diskriminatif, namun saya jadi ragu tentang standard diskriminatifnya ketika PSI teriak-teriak lagi tentang Poligami. Mungkin yang dimaksud PSI dengan tidak diskriminatif adalah harus sesuai dengan idenya. Apapun yang keluar dari PSI itulah ide-ide yang tidak diskriminatif. Atau bagaimana?
Bro/Sis Kader PSI... Poligami itu isu agama. Poligami itu fiqih (hukum) dalam salah satu agama di Indonesia. Kalau Bro /Sis PSI tidak mau mencampurkan agama dengan politik, mengapa PSI membahas hukum agama tertentu? Apakah itu wilayah partai politik? Atau jangan sampai ini hanya respon baper atau kampanye untuk menggaet suara-suara baper?
Ketika PSI menolak Poligami, maka PSI sebenarnya sudah melangkah masuk dalam agama dan membawa isu agama di ranah politik. Membawa isu agama tidak berarti mengkampanyekan penerimaan terhadap isu itu, kampanye penolakan juga adalah kampanye tentang isu agama. Karena menolak tidak mungkin sebelum mengakui adanya eksistensi objek yang ditolak.
Bro/Sis PSI.... Bagi orang islam, Fiqih itu adalah hukum Tuhan. Maka menolak fiqih, berarti menolak Tuhan. Jangan salahkan orang islam kalau PSI akan dituduh Atheis karena menolak fiqih Tuhan. Kalau PSI memang tidak ingin mencampurkan politik dengan agama, maka jangan dibahas apalagi dikampanyekan. Karena setiap agama punya landasannya masing-masinng. Atas dasar apa PSI lalu berhak menilai hukum agama tertentu sebagai benar atau salah sehingga harus diterima atau ditolak? Apakah Bro/Sis semua merasa Tuhan? Atau Akrab dengan Tuhan? Atau merasa kenal dekat dengan Tuhan? Sudahlah... Konsisten saja seharusnya tanpa ada upaya kampanye Baper yang konsekuensinya justru merupakan bentuk kudeta terhadap kewenangan-kewenangan Tuhan.
Bro/Sis PSI... Bagaimana mungkin kalian koar-koar akan baik kalau masuk Parlemen? Sedangkan Pasal 29 Ayat (2) UUD 1945 saja kalian tidak paham, bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap orang untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Poligami sebagai hukum dalam agama tertentu tentu saja pelaksanaannya adalah ibadah dalam agama tersebut. Jadi untuk apa ditolak oleh PSI? Apakah PSI menolak kemerdekaan setiap orang untuk beribadah?
"Kan ini untuk internal kader PSI".
Emangnya kader PSI bukan warga negara Indonesia? Emangnya kader PSI tidak ada orang islamnya? Ataukah orang Islam dan Warga Negara Indonesia yang jadi kader PSI harus melepaskan agamanya dan hak konstitusionalnya untuk beribadah ketika menjadi kader PSI?
Bro/Sis PSI... kalian kan menganggap PSI adalah partai yang toleran. Lalu toleransi yang seperti apa yang melarang orang melakukan poligami sebagai ibadah?
Kok jadi kacau balau logika PSI...
**************
Bro/Sis PSI seharusnya paham bahwa praktek poligami pun tidak mudah dan tidak sembarangan. Karena itulah poligami adalah ibadah yang punya tata cara. Kalau tidak punya tata cara, bukan ibadah namanya tapi jajan.
Kalaupun penolakan PSI lahir karena melihat praktek sosial dari sebuah ajaran, lalu menyalahkan ajarannya, artinya PSI sedang terjebak dalam sebuah kesalahan berfikir akut. Yang tidak bisa membedakan mana ranah interpretasi mana wilayah konseptual. Seperti gagalnya Rocky Gerung memaknai sila kedua pancasila dengan menyebutnya sebagai humanisme atheistik.
Kalau Bro/Sis tidak sepakat poligami, itu urusan pribadi kalian. Sis-Sis PSI juga harus paham bahwa syarat utama poligami bukan hanya pada persoalan laki-laki. Biarpun laki-laki mau, tapi kalau tidak ada perempuan yang mau, Poligami juga tidak bisa terlaksana. Jadi jangan menggunakan kekuasaan di Parlemen untuk mengintervensi wilayah yang paling sakral bagi individu yaitu hubungannya kepada Tuhan. Itu ABUSE OF POWER!!!!
Bro/Sis PSI... Mending kalian mengkampanyekan Pancasila sebagai ideologi anak muda milenial Indonesia. Daripada kampanye Poligami yang menunjukkan ke awwaman kalian terhadap tafsir UUD 1945. Karena Pancasila pun menjamin kemerdekaan tersebut.
Bro/Sis PSI... tidak tahu tafsir Pancasila sebagai ideologi milenial?
Mari ikut PDP di HI...
Comments
Post a Comment