ELEGI

source : google.com


Ada jarak yang terhampar di antara partikel. Namun itu adalah cara alam untuk mengajarkan kita bagaimana mengecap rindu. Walaupun tidak ada refleksi motorik dari pupilku untuk merefleksikan bayanganmu, namun setidaknya kita bisa saling memeluk dalam doa.

Cinta itu imajiner sayangku, akan selalu ada bayangan dan hasrat untuk saling memeluk. Akan selalu ada imajinasi yang berjalan melampaui gravitasi, terbang tanpa batas untuk sekedar menceritakanmu betapa luasnya mitzal yang tersisa untuk kita.

Namun ia lebih dari sekedar metafora-metafora yang lahir dari diksi-diksi picisan. Ia terlalu sempurna untuk sebuah keresahan dan ketidaksabaran akan perjumpaan. Bukankah perjumpaan adalah penghianatan akan rindu? Bukankah perjumpaan akan membatasi kita dalam ruang dan waktu. Dan sadarkah kau bahwa akan selalu ada perpisahan yang mengikutinya…

Pergilah… perluaslah jarak diantara partikel pertikel kita yang terluar. Biarkan mereka saling merindukan untuk saling bersentuhan. Pergilah untuk menciptakan imajinasi dan pergilah agar aku bisa mendoakanmu.

*****

Cinta itu kebijaksanaan sayangku. Bukan bahagia melihat kau bahagia, namun kebijaksanaan bahwa aku tidak akan pernah menggenggammu seperti pasir, jatuh dan habis. Kebijaksanaan yang meleburkan aku dan kau menjadi sintesis dalam kita. 

Sebuah konklusi tanpa premis. 

Comments

Popular posts from this blog

PRO KONTRA MANTAN TERPIDANA JADI CALEG

Kesalahan Berfikir Ilmiah (Bagian 3) : Fallacy of Misplaced Concreteness

Kesalahan Berfikir (Bagian 2) : Fallacy of Retrospective Determinism