Posts

Showing posts from July, 2017

C.I.N.T.A

Image
Boleh saja kamu berfikir dengan perspektifmu yang konservatif, bahwa segalanya telah berubah sejalan dengan waktu. Tidak ada pula yang melarangmu untuk berfikir bahwa segala tindakan harus tetap sama, statis dan bahkan tidak adaptif. Atau mungkin kamu berfikir bahwa nyanyian-nyanyian pujaan tidak akan pernah ditinggalkan oleh para pemujanya. Tapi kau harus tahu, bahwa cinta tetap saja memiliki sisi pragmatisnya. Seperti sejarah pemujaannya yang berubah di setiap lembaran zaman. Seperti Enuma Elish yang ditinggalkan, w alaupun semua kepala itu sadar bahwa mereka memposisikan cinta seperti getik yang merefleksikan menok . Kau bisa saja membenci perubahan dan memilih menyimpan cinta idealmu jauh di sudut kepalamu. Walaupun kau sadar bahwa konsep itupun jauh dari apa yang sebenarnya kau terima sebagai definisi tentang realitas. Definisi yang kau konstruksi sendiri dan kau refleksikan sebagai cita-cita ideal. Menunggu dan berharap bahwa realitas akan berubah seperti apa yang

P.E.R.S.P.E.K.T.I.F

Pada suhu 20 derajat, kamu bisa bilang itu adalah dingin, namun yang lain sah-sah saja mengatakan bahwa itu hangat. Ini adalah Perspektif. Lantai 2 bisa saja dikatakan sebagai lantai atas bagi mereka yang berada di lantai 1, namun bagi mereka yang berada di lantai 3 itu berada di bawah. Ini adalah Perspektif. Ada yang bilang warna matahari kuning. Ada sebagian yang bilang warnanya hitam. Sebagian yang terakhir ini adalah Buta Warna.... Eh... Sorry... Ini paragraf yang gak masuk di pembahasan. ******** Dalam pengertian yang paling literal, menurut KBBI, Perspektif didefinisikan sebagai : 1. cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya);  2. sudut pandang; pandangan; Definisi pertama ini adalah definisi matematis dari perspektif. Kita tidak membahas definisi ini. Yang akan kita bahas adalah definisi kedua sebagai definisi perspektif dalam diskursus, yaitu sebagai &

A Monster Calls; Kisah Tentang Kejujuran Hati

Image
Conor terbangun dari mimpi buruknya sekali lagi. Mimpi tentang hancurnya gereja di sebelah rumahnya yang harus menewaskan Ibunya. Conor, yang terlalu tua untuk menjadi anak kecil dan terlalu muda untuk menjadi orang dewasa.  Film ini menceritakan tentang kisah Conor yang harus berjuang untuk hidup bersama ibunya yang menderita kanker. Ayahnya telah berpisah dengan ibunya hanya karena alasan yang sepertinya menjadi alasan umum bagi perceraian yang terjadi di negeri-negeri barat. Film ini menggambarkan betapa seorang anak kecil di usia Conor harus berjuang untuk melawan depresi, melihat hal-hal yang seharusnya belum pantas untuk diterimanya. Kehidupan keluarganya yang hancur, perlakuan bullying yang dia terima di sekolah itulah hari-hari yang harus dilalui oleh Conor sebagaimana yang digambarkan dalam film ini.  Sampai sebuah keajaiban terjadi, Pohon Beringin di sebelah rumahnya terbangun dan mendatanginya. Pohon itu menceritakan kepada Conor 3 Kisah tentang Pangeran, Dukun d

Chester Bennington, Goodbye...

Image
Sampai hari ini, saya masih merinding ketika mendengar kembali lagu-lagu Linkin Park. Chester adalah salah satu vokalis terbaik yang memiliki karakter vokal yang cukup kuat. Di Industri musik, kita tentu mengenal beberapa band dengan karakter vokal yang kuat sehingga bisa menjadi simbol bagi bandnya tersebut. Sebut saja Audio Slave, Creed/Alter Bridge, Linkin Park dan lain-lain. Terkhusus Linkin Park, bagi saya dan mereka yang tumbuh besar di tahun-tahun transisi Rock ke Alternative, Linkin Park adalah salah satu hal yang mengisi hari-hari kita pada saat itu.  Tentu saja bagi kami, berita kematian Chester Bennington adalah sesuatu yang mengejutkan. Membantah semua hipotesis di kepala kita bahwa ketenaran adalah puncak dari kehidupan. Semua cita-cita dan mimpi yang mengatakan bahwa hidup kita akan indah ketika kita menjadi seorang selebritis dunia terbantahkan dengan pilihan Chester untuk mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di mansion pribadinya.  Seperti yang diberitak

Orang Indonesia

Salah satu kebahagiaan terbesar bagi kita, warga negara Indonesia, adalah bahwa kita "Orang Indonesia". Kalian tentu saja harus bangga dengan hal ini karena, menjadi Orang Indonesia adalah anugerah yang tidak bisa dimiliki oleh warga negara lain. Hidup di Indonesia itu enak, kalian bisa buang sampah sembarangan, terus kalau banjir tinggal salahkan pemerintah. Kalian bisa bebas naik motor di jalur cepat kalau polisi lagi gak ada. Kalian juga bisa bebas melanggar lampu lalu lintas kalau polisinya lagi istirahat. Kalaupun kalian di tilang, tinggal bayar di tempat. Atau kalau gak punya duit, nabung dulu untuk bayar calo sidang tilang yang mangkal di pengadilan tiap hari Jumat. Murah kok, paling Rp. 50.000 rupiah. Di Indonesia, kalian bisa bebas punya kendaraan karena semua dealer berlomba-lomba untuk menawarkan program cicilan murah dan pajak kendaraan juga murah, tanpa harus mempertimbangkan volume infrastruktur jalan dan peluang macet yang bisa disebabkan karena overlo

Jokowi, Perpu dan Ormas Yang Lagi Lucu-lucunya

Image
Jujur saja, sebenarnya saya tidak terlalu tertarik untuk menulis tentang terbitnya Perpu No. 2/2017 tentang ormas ini dan merespon kepanikan HTI yang mencurigai Perpu itu dibentuk untuk membubarkan HTI. Kalau iya emang kenapa? Saya pikir HTI emang pantas dibubarkan. Toh dari awal HTI sudah lebih dahulu membubarkan Indonesia dari pikiran setiap anggotanya kok... Jadi kalau sekarang Indonesia membubarkan HTI, itu hanya karena Indonesia ingin menunjukkan bahwa tindakan setiap anggota HTI yang menghapus Indonesia dari pahaman mereka belum berhasil. Indonesia masih ada, masih berdiri kuat dan masih bisa membubarkan HTI. Apa salahnya membubarkan organisasi yang sejak dahulu setiap anggotanya sudah membubarkan negaranya sendiri di pikirannya masing-masing? Ini sama dengan Ibu yang ngusir anaknya karena anaknya sudah mendeklarasikan bahwa Perempuan yang melahirkannya itu bukan ibunya. Apakah sang Ibu salah? Gue kasih tahu yah.... Di semua cerita dongeng, anak yang gak akui i

Baliho dan HIV

Image
Baliho di Sebuah Kota sebut saja namanya Makassar (source : google.com) Saya mau cerita tentang sebuah kota yang masyarakatnya sepertinya terobsesi dengan Baliho. Sebut saja nama kota tersebut Makassar (nama samaran). Ini kota kelahiran saya, saya lahir dan besar di sini. Tapi sepertinya beberapa tahun terakhir, obsesi masyarakat Makassar agak sedikit berubah, setidaknya berbeda sejak saya meninggalkan kota ini beberapa tahun yang lalu. Kalian tahu Baliho? Itu loh, spanduk-spanduk besar berukuran transformer yang dipasang di pinggir jalan. Hakikatnya sih sebenarnya untuk tujuan promosi produk atau sebagai media marketing event dan acara tertentu. Cuma, di Makassar ini, sejak sistem pilkada/pileg berubah menjadi sistem pemilihan langsung, masyarakat Makassar sepertinya semakin terobsesi dengan Baliho. Semua orang berlomba-lomba mencetak baliho untuk mempromosikan wajah mereka, terserah kontennya apa. Ini seperti virus HIV (Hasrat Ingin Vengakuan). Menular dan menyebar deng