A Monster Calls; Kisah Tentang Kejujuran Hati


Conor terbangun dari mimpi buruknya sekali lagi. Mimpi tentang hancurnya gereja di sebelah rumahnya yang harus menewaskan Ibunya. Conor, yang terlalu tua untuk menjadi anak kecil dan terlalu muda untuk menjadi orang dewasa. 

Film ini menceritakan tentang kisah Conor yang harus berjuang untuk hidup bersama ibunya yang menderita kanker. Ayahnya telah berpisah dengan ibunya hanya karena alasan yang sepertinya menjadi alasan umum bagi perceraian yang terjadi di negeri-negeri barat. Film ini menggambarkan betapa seorang anak kecil di usia Conor harus berjuang untuk melawan depresi, melihat hal-hal yang seharusnya belum pantas untuk diterimanya. Kehidupan keluarganya yang hancur, perlakuan bullying yang dia terima di sekolah itulah hari-hari yang harus dilalui oleh Conor sebagaimana yang digambarkan dalam film ini. 

Sampai sebuah keajaiban terjadi, Pohon Beringin di sebelah rumahnya terbangun dan mendatanginya. Pohon itu menceritakan kepada Conor 3 Kisah tentang Pangeran, Dukun dan Orang Yang Tidak Terlihat. Pohon itu menceritakan bahwa tidak semua hal yang kita anggap benar adalah benar, begitupun sebaliknya. Selalu ada sisi positif yang bisa diambil walaupun itu dari diri mereka yang terasing oleh pikiran mayoritas. Mayoritas belum tentu benar, minoritas belum tentu salah dan Manusia berdiri di tengah-tengah. 

Tujuan pohon itu menceritakan kisah itu kepada Conor adalah karena pohon itu ingin Conor ikhlas melepaskan kepergian Ibunya. Conor tahu bahwa ibunya tidak lagi bisa diselamatkan dengan pengobatan apapun. Tapi pohon tersebut ingin membuat Conor menyadari dan menerima hal tersebut, meskipun di satu sisi, Conor juga tentu tidak ingin kehilangan Ibunya. 

*********

Tentang kejujuran hati, memang kadang kita berat untuk melakukannya. Kenyataannya, tidak semua orang mampu untuk mengatakan apa yang dia inginkan. Terlalu banyak pertimbangan yang membuat kita kadang berkata tidak seperti apa yang kita pikirkan. Kadang kita tahu bahwa sebuah tindakan seharusnya kita lakukan, namun karena gengsi dan ego, kita tidak ingin melakukan tindakan tersebut. 

Ini seperti apa yang diceritakan dalam film ini. Conor tahu, bahwa Ibunya tidak dapat lagi diselamatkan. Conor tahu bahwa Ibunya cukup tersiksa dengan penyakit yang dideritanya. Conor pun ikhlas untuk melepaskan kepergian ibunya. Namun egonya memaksanya untuk tegar dan tetap berusaha untuk menyelamatkan Ibunya apapun caranya. 

Kita tahu bahwa ketika kita melihat orang kesusahan, hati manusia kita pasti ingin membantunya. Namun kadang karena ego kita mengurungkan melakukan itu. Bertemu pengemis, kita pasti ingin bersedekah, namun karena ego, kadang kita takut merasa rugi. 

Memang hal itu agak sulit. Sulit bagi mereka yang ego dan terlalu banyak pertimbangan. Padahal hal itu sederhana, cukup dengarkan saja apa kata hatimu dan lakukanlah. Setelah itu kau baru akan tahu indahnya menerima kejujuran dirimu sendiri. 

Comments

Popular posts from this blog

PRO KONTRA MANTAN TERPIDANA JADI CALEG

Kesalahan Berfikir Ilmiah (Bagian 3) : Fallacy of Misplaced Concreteness

Kesalahan Berfikir (Bagian 2) : Fallacy of Retrospective Determinism